Perihal Sumber Daya Alam yang Tersimpan di Lahan Sengketa
Lahan yang keliatannya hampir tidak terjamah seringkali dijadikan alasan untuk mengubahnya. Tapi tahukan anda kalau tidak selamanya lahan yang dianggap tidak terjamah tersebut tidak bermanfaat dan dan tidak menguntungkan? Sebagai contoh lahan Bondong dan Galam yang berada di Desa Tabanio. Dan sekarang kita coba untuk mengungkapnya.
A. Lahan Bondong
![]() |
Gambar 1.1 Sawit tumbuh dilahan bondong |
Lahan Bondong yang berada di Desa Tabanio merupakan daerah rawa yang terletak dibawah permukaan air laut. Jadi daerah tersebut merupakan dataran rendah yang menjadi resapan air.
|
Tapi tahukah anda dari maha karya yang dibuat oleh perusahaan tersebut banyak dampak yang ditimbulkan yaitu keringnya embung – embung air yang biasa menjadi tempat masyarakat mencari ikan air tawar, pencemaran air sungai dan yang sangat mengenaskan, sawah – sawah warga yang berada di Desa Tabanio mengalami kekeringan. Bahkan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini masyarakat yang bertani mengalami gagal panen. Sebelum ada pengeringan daerah lahan Bondong, masyarakat dapat menghasilkan 300 s/d 350 blek dalam 1 hektarnya. Tapi sekarang dalam 1 hektar masyarakat hanya mendapat kan ±15 blek saja. Apa tidak terpikirkan oleh mereka hal – hal tersebut ? Apa harus mengorbankan rakyat kecil untuk alasan pembangunan? Apakah merusak suatu tatanan yang sudah ada itu merupakan suatu pembangunan?
B. Hutan Galam
![]() |
Gambar 1.2 Penebangan pohon Galam untuk pembukaan lahan sawit |
Kegunaanya sangat vital bagi masyarakat Desa Tabanio, selain untuk kebutuhan kayu bakar guna memasak, pohon Galam juga bisa dibuat untuk bahan bangunan untuk rumah, bahkan kulit pohon Galam sering digunakan masyakat untuk menambal jukung, kapal dsb. Dari segi ekonomi pun pohon galam sangat menggiurkan, dalam satu bulan dapat menghasilkan uang sebesar 70juta lebih (Kok bisa !). Jumlah kapal nelayan yang ada di Desa Tabanio 137 buah, satu kapal dalam satu kali keberangkatan (satu bulan) membutuhkan 20 ikat kayu galam.
Ditambah dengan pengunaan rumah tangga yang mana jumlah rumah penduduk lebih dari 900 buah, satu buah rumah kita hitung menghabiskan kayu galam sebanyak 30 ikat. Satu ikat kayu galam Rp.2.500 (dua ribu lima ratus rupiah). Sekarang coba kita hitung!
- Kapal Nelayan : 137(buah kapal) x 20(ikat kayu) x Rp.2.500 = Rp. 6.850.000
- Rumah Tangga : 900 (buah rumah) x 30 (ikat kayu) x Rp. 2.500 = Rp. 67.500.000
Kalau ditotal seluruhnya Rp. 74.350.000,- (tujuh puluh empat juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah), Sungguh nilai yang fantastik. Apa ini yang namanya lahan tidur ! yang bisa menghasilkan uang sebanyak itu per bulanya!
Perlu kita ketahui juga bahwa hutan Galam selama ini bukan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tabanio saja, tetapi desa – desa tetangga juga memanfaatkan hutan Galam tersebut. Disamping itu hutan Galam juga merupakan tempat tinggal dari satwa primata Bekantan, hewan yang menjadi maskot Kalimantan Selatan. Tapi sekarang sudah jarang ditemui, karena ratusan hektar hutan Galam sudah berubah fungsi menjadi kebun – kebun sawit. Apa kata dunia kalau kehidupan “Bekantan” yang merupakan hewan terlindungi itu terganggu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar